Friday, 12 February 2016

Pengertian Hubungan Bahasa Sastra dan Ilmu sastra

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur di panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta  alam  yang telah memberikan beribu nikmat kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhamad Saw.
Pada kesempatan kali ini saya akan menyelesaikan laporan tugas dari mata kuliah Introduction to literary Analiysis antara lain mencakup materi tentang Sastra.
Ada beberapa pokok masalah yang harus di cari di antaranya :
1.      Apa pengertian hubungan Bahasa sastra dan Ilmu sastra ?
2.      Apa Genre sastra, Bahasa sastra dan Kedudukan sastra di antara ilmu lain ?
3.      Sistem sastra , Sejarah, dan Kedudukan Fugsi sastra di masyarakat ?
4.      Sastra dan nilai-nilai sosial ?
Untuk memenuhi tugas tersebut saya mencari beberapa sumber  dari berbagai media yang tentunya dapat memberikan banyak informasi kepada saya antara lain lewat buku dan internet, untuk saat ini saya masih menggunakan sumber terbanyak dari internet, karena ketersedian sumber buku di perpustakan  masih belum lengkap.
Baik di bawah ini uraian mengenai permasalah tersebut berikut pembahasannya,
1.      Sastra adalah pembayangan / pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif kedalam bentuk-bentuk dan struktur bahasa. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai ,sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan. Sastra  ialah teks-teks yang tidak melulu disusun atau dipakai untuk suatu tujuan komunikasi yang praktis dan yang hanya berlangsung. untuk sementara waktu saja. Sastra merupakan sebuah ciptaan sebuah kreasi, bukan pertama sebuah imitasi . sang seniman menciptakan sebuah dunia baru meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya sastra  terutama merupakan suatu luapan emosi yang spontan. Ilmu sastra dalam arti sempit tidak menyusun tafsiran-tafsran penafsiran termasuk bidang kritik sastra. Ilmu sastra dan kritik sastra atau critism merupakan mata  kuliah  yang berbeda-beda di uiniversitas, . Ilmu sastra berminat terhadap pendekatan dan keanekaragaman jenis tafsiran terhadap cara itu dilaporkan. selain itu, tafsiran seperti semua bentuk penerimaan , merupakan bahan penelitian  bagi ilmu sastra khusus mengenai hubungan teks dan pembaca.
      Bahwa kaitan antara sastra dan ilmu sastra sangat berkaitan satu sama lain, karena untuk membuat suatu karya sastra di butuhkan ilmu-ilmu yang mendasari bagaimana untuk membuat suatu karya sastra yang baik, hal ini lah yang memicu bahwa ilmu satra adalah landasan yang di pakai untuk membuat sebuah karya sastra.
2.      Dengan mengacu pada tiga paradigma peradaban menurut Alvin Toffler (1980), ranah sastra dapat dipilah ke dalam paradigma peradaban agraris, industrial, dan informasi. Sastra dalam peradaban agraris didominasi genre sastra lisan; sastra dalam peradaban industrial didominasi genre sastra tulis; dan sastra dalam peradaban informasi didominasi genre sastra elektronik. Berdasarkan hal ini objek penelitian sastra dapat diklasifikasikan ke dalam sastra lisan, sastra tulis, dan sastra elektronik.
a.       Sastra Lisan
Menurut Wiget (lihat Lauter, 1994), sastra lisan dipertunjukkan di hadapan pendengar yang melakukan evaluasi baik cara maupun isi pertunjukan, evaluasi bukan merupakan kesimpulan dari pertunjukan tersebut, melainkan merupakan sebuah kegiatan yang berlangsung yang tercermin dalam tingkat perhatian dan komentar.
b.      Sastra Tulis
Menurut Teeuw, bahasa tulis memiliki tujuh ciri, yakni: (1) dalam bahasa tulis antara penulis dan pembaca kehilangan sarana komunikasi suprasegmental; (2) dalam bahasa tulis tidak ada hubungan fisik antara penulis dan pembaca; (3) dalam teks-teks tertulis, penulis tidak hadir dalam situasi komunikasi; (4) teks-teks tertulis dapat lepas dari kerangka referensi aslinya; (5) bagi pembaca, tulisan dapat dibaca ulang; (6) teks-teks tertulis dapat diproduksi dalam berbagai bentuk dan jangkauan komunikasi yang lebih luas; dan (7)komunikasi menembus jarak ruang, waktu, dan kebudayaan.
Genre sastra tulis dapat dijabarkan ke dalam sub-sub genre yang terdiri atas puisi tulis, prosa tulis, dan drama tulis.Dewasa ini bentuk karya sastra yang paling diminat adalah cerpen dan novel. Waluyo (2002:28) membagi karya fiksi menjadi roman, cerita pendek, dan novel. Termasuk dalam klasifikasi novel adalah novelet. Novelet yaitu novel pendek yang lebih panjang dari cerita pendek, roman adalah jenis cerita rekaan yang paling dulu muncul, disusul oleh cerita pendek dan baru kemudian muncul novel dan novelet. Bentuk novel ataupun novelet dan cerita pendek pada akhirnya merajai sastra di Indonesia.
c.       Sastra Elektronik
Dalam arti luas karya sastra yang diproduksi, dimodifikasi, dan dikemas dengan menggunakan peralatan elektronik dapat dinamakan sastra elektronik. Sesuai dengan media yang dipakai, sastra elektronik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis: sastra audio, sastra audiovisual, dan sastra multimedia.
Karya sastra menurut genre atau jenisnya terbagi atas puisi, prosa, dan drama. Pembagian tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Pengenalan terhadap ciri-ciri bentuk sastra ini memudahkan proses pemahaman terhadap maknanya. Demikian pula komponen–komponen yang turut membangun karya sastra tersebut. Berikut ini dipaparkan ketiga bentuk karya sastra tersebut,
1)      Puisi
Puisi adalah karya sastra yang khas penggunaan bahasanya dan memuat pengalaman yang disusun secara khas pula. Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik.
Dari segi bentuknya kita mengenal puisi terikat dan puisi bebas. Puisi terikat dapat dikatakan sebagai puisi lama, puisi yang diciptakan oleh masyarakat lama, seperti pantun, syair,dan gurindam.
Puisi baru, puisi bebas atau yang lebih dikenal sebagai puisi modern yang mulai muncul pada masa Pujangga Baru dan dipopulerkan oleh Angkatan 45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar. Puisi modern dilahirkan dalam semangat mencari kebebasan pengucapan pribadi. Puisi modern dapat dianggap sebagai bentuk pengucapan puisi yang tidak menginginkan pola-pola estetika yang kaku atau patokan-patokan yang membelenggu kebebasan jiwa penyair
2)      Prosa
Prosa merupakan jenis karya sastra dengan ciri-ciri antara lain (1) bentuknya yang bersifat penguraian, (2) adanya satuan-satuan makna dalam wujud alinea-alinea, dan (3) penggunaan bahasa yang cenderung longgar. Bentuk ini merupakan rangkaian peristiwa imajinatif yang diperankan oleh pelaku-pelaku cerita, dengan latar dan tahapan tertentu yang sering disebut dengan cerita rekaan. Bentuk ini terbagi atas kategori cerita pendek, novelet, dan novel.
3)      Drama
Pada dasarnya drama tidak jauh berbeda dengan karya prosa fiksi. Kesamaan itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di dalamnya. Namun, ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama dan karya prosa fiksi, yakni pada tujuannya. Tujuan utama penulisan naskah drama adalah untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Menurut Aris Toteles terdapat 2 jenis sastra, yakni yang bersifat cerita dan yang bersifat drama. teks-teks yang menampilkan 1 juru bicara saja, yang kadang-kadang dapat mengajak tokoh-tokoh lain untuk membuka mulutnya, tetapi  yang pada pokoknya merupakan  sang dalang tunggal, termasuk jenis naratif. disamping itu aristoteles menekuni sarana-sarana penulisan: prosa, sajak-sajak, berbagai bahasa dan tingkat bahasa, selain itu membahas objek yang dapat diwajibkan.

3.      Sistem Sastra
            Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia  (KBBI) sistem diartikan sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk sebuah totalitas. Sementara pengertian sastra sendiri oleh Luxemburg didefinisikan sebagai ciptaan/sebuah kreasi yang merupakan luapan emosi dan bersifat otonom. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang dimaksud system sastra adalah segala elemen sastra yang secara bersama-sama saling mengisi dan membentuk sebuah keterpaduan.
Sistem sastra meliputi jenis sastra, cabang ilmu, bentuk sastra, teks dan komunikasi ilmu sastra, ilmu teks, genre sastra, dan unsur-unsur yang membentuk karya sastra baik dari dalam maupun yang dari luar. Untuk mempermudah pemahaman dalam makalah ini, sengaja sistem sastra hanya dibedakan menjadi empat bagian saja. Keempat sistem tersebut adalah (1) cabang ilmu sastra, (2) bentuk sastra, (3) jenis sastra, dan (4) unsur sastra
           Cabang ilmu sastra dapat dibagi lagi menjadi teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Ketiga cabang ilmu ini saling berkaitan erat sebagai perkembangan dan telaah sastra. Ketiganya adalah satu kesatuan yang saling berkaitan.
Secara umum, sistem sastra dapat diterjemahkan menjadi segala unsur yang bertalian dengan sastra dan menunjang satu sama lain untuk keutuhan sastra itu sendiri. Disimpulkan bahwa seorang penulis tidak perlu mempelajari “teori sastra” terlebih dahulu sebelum dirinya memiliki produk sastra. Kebalikannya, pengarang yang sudah menghasilkan karya, lambat laun, dirinya akan menguasai apakah “ilmu sastra” itu. Lantas, pengarang tersebut akan mengidentifikasikan karya-karyanya dengan teori yang ada. Dari sinilah, tanpa sengaja, pengarang tersebut dapat belajar tentang “teori sastra” dan secara perlahan akan menguasai “bagaimana sistem sastra secara keseluruhan itu”
Fungsi sastra di dalam masyarakat dapat membantu kita untuk mengerti teks itu dengan lebih baik sehingga kita lebih tertarik juga untuk membaca sastra. tentu saja diperlukan lebih banyak pengertian untuk menjadi seorang penggemar sastra yakni napsu ingin tahu dan kesabaran . pengalaman dalam membaca karya-karya sastra dari pengalaman  mengenai hidupitu sendiri , dan itu semua tidak begitu saja dapat disalurkan lewat buku-buku peljaran . mempelajari sastra tak pernah dibatasi pada suatu pendekatan formal dan sisitematik saja tetapi studi formal dan sistematik juga tidak dapat dikesampingkan.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa sastra bisa mempengaruhi masyarakat? Plato mengatakan bahwa sastra merupakan refleksi sosial (Diana Laurenson, dkk. 1971). Sebagai suatu reflesi sosial ia akan menggambarkan kondisi sosial yang ada di sekelilingnya. Karena muatan yang ada dalam sastra adalah gambaran atau reflesi sosial, sastra akan mendapatkan tanggapan dan kritik sekaligus penilaian dari pembaca. Dari jalan ini sastra akan mempengaruhi pola pikir masyarakatnya.
Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra diakibatkan oleh kurangnya pemahaman mereka terhadap pentingnya sastra dalam perubahan sosial. Masyarakat masih banyak yang tidak memahami nilai-nilai moral dan kritik yang ada dalam sastra. Disamping itu membaca karya sastra memang membutuhkan waktu yang cukup menyita dibandingkan dengan media lain. Dibandingkan dengan film dan drama, karya sastra membutuhkan waktu yang lebih lama. Ditambah lagi budaya membaca masyarakat kita yang memang masih sangat rendah.
Dewasa ini tanggapan masyarakat masih sebatas golongan terdidik saja. Para pelajar dan mahasiswa sudah mulai memahami pentingnya menelaah karya sastra. Meskipun mereka membaca karya sastra masih sebatas sebagai hiburan, tetap nilai-nilai moral tetap akan mempengaruhi mereka. Sehingga tidak jarang penulis-penulis terkenal di negeri ini mulai digandrungi oleh para remaja Indonesia.

4.      Sastra dan Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang mendasari, menuntun dan menjadi tujuan tindakan dan hidup sosial manusia dalam melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidup sosial manusia (Amir, dalam Sukatman, 1992:26). Nilai sosial merupakan norma yang mengatur hubungan manusia dalam hidup berkelompok. Norma sosial itu merupakan kaidah hubungan antar manusia, yang menurut Goeman (dalam Sukatman, 1992:27) merupakan kaidah yang melandasi manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografis, sesama manusia, dan kebudayaan alam sekitar. Karena kaidah itu melandasi kegiatan hidup kelompok manusia, maka dapat dikatakan nilai sosial merupakan petunjuk umum ke arah kehidupan bersama dalam masyarakat (Suparlan, 1983:142). Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa nilai sosial merupakan pedoman umum dalam bermasyarakat.
           Untuk melihat nilai sosial yang ada dalam sastra kita bisa melacaknya melalui kristal-kristal nilai yang berupa: tradisi, konvensi dan norma masyarakat yang ada dalam sastra. Seperti dikatakan oleh Wellek dan Warren (1989:109) bahwa sastra sebagai institusi sosial yang memakai medium bahasa, dalam menyampaikan pesan disalurkan dalam bentuk simbolisme yang berupa konvensi dan norma sosial. Biasanya simbolisme itu berkaitan dengan situasi sosial tertentu, politik, ekonomi dan sebagainya
Dalam khasanah sastra Indonesia modern nilai-nilai sosial dapat ditemukan. Sumardjo (1984) mengungkapkan bahwa dalam sastra Indonesia (khususnya novel) dari periode Balai Pustaka sampai periode tujuh puluhan banyak mengungkap nilai-nilai sosial Indonesia, terutama kelas sosial menengah ke bawah. Masalah sosial yang ada menyangkut masalah ketentraman, keadilan dan kebersamaan hidup, tingkat keluarga dan masyarakat (negara). Penggambaran masalah di atas, dalam cerita berupa konflik sosial, konflik politik. Dari konflik-konflik yang ada dapat dipahami bahwa sumbernya adalah dari adanya benturan antara nilai-nilai sosial yang sudah mapan dengan nilai baru, yang tidak selaras atau berjalan secara berdampingan. Konflik sosial yang ada dalam sastra itu walaupun tidak memberi tahu secara langsung bahwa ada nilai sosial, tetapi secara implikasional mengisyaratkan bahwa ada nilai sosial yang dipegang oleh masyarakat sebagai pedoman hidup, pedoman untuk melakukan dan menilai tindakan hidup sosial. Sukatman (1992) mengungkapkan bahwa dalam folklor Indonesia (khususnya peribahasa) banyak ditemukan nilai-nilai sosial seperti kebaktian antar manusia, kebersatuan hidup, dan adil terhadap orang lain. Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata (2007) banyak memuat nilai-nilai sosial seperti, tolong-menolong, kebersatuan hidup, saling menghargai antar sesama, toleransi silaturrahmi, dan lain sebagainya.
Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan mengenai tugas kali ini , mohon maaf jika ada kekurangan dan saya mengharapkan sekali bimbingan bapak selanjutnya.

No comments:

Post a Comment