Hari ini aku akan berbagi pengalaman cara membuat SIM C dengan mudah dan murah tanpa calo. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menambah informasi bagi teman-teman yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan berencana mengurusnya dalam waktu dekat ini. Di sini SIM yang akan aku bahas hanyalah SIM C saja. Yang mana SIM C adalah Surat Izin Mengemudi yang berlaku untuk kendaraan bermotor roda dua.
Aku mengurus SIM C di Sat Lantas Polres Kampar yang berada di kota Bangkinang, Riau. Lumayan jauh tempatnya. Kalau dari kampung aku, justru lebih dekat ke Pekanbaru, ibukota propinsi, daripada ke Bangkinang yang cuma ibukota kabupaten. Tapi bagaimana lagi, dalam membuat SIM, kita harus mendatangi Polres yang berada di wilayah kabupaten tempat tinggal kita yang sesuai dengan KTP.
Kebetulan aku membuat SIM C melalui jalur legal. Bukan SIM tembak melalui calo ataupun oknum-oknum orang dalam. Dan percayalah, mengurus SIM sendiri tanpa bantuan calo itu mudah dan jauh lebih murah. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa membuat SIM sepeda motor itu sulit dan mahal. Mungkin iya sulit bagi mereka yang tidak mau belajar dan berjuang. Mahal sudah pasti iya bagi mereka yang mengurus SIM C melalui jalur ilegal. Jika mengurus SIM dengan persiapan yang matang, diiringi dengan keyakinan dan doa, serta mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan, maka membuat SIM bukanlah sesuatu yang sulit dan mahal.
Baca Juga: Cara Membuat dan Memperpanjang SIM Online Terbaru
Seharusnya aku sudah berhak memiliki SIM C sejak bertahun-tahun yang lalu, karena syarat membuat SIM C adalah berumur minimal 17 tahun. Tapi aku biarkan saja hak tersebut, karena dulunya aku juga beranggapan bahwa membuat SIM itu rumit dan mahal. Selain itu aku juga tinggalnya di pedesaan yang mustahil ada razia kendaraan di jalan-jalan kampung yang jalannya saja masih jalan tanah. Ke kota hanya sesekali, dan sesekali itu terkadang menjadi sesuatu yang mendebarkan. Setiap jalan ke kota, melihat polisi di pinggir jalan langsung deg-degan takut dia lagi razia, padahal pak Polisi itu mungkin berdiri di pinggir jalan lagi nyari batu akik. Akhirnya lama-lama aku sadar, bahwa memiliki SIM itu penting dan perlu.
Baiklah. Inilah tahab-tahab yang aku lalui demi mendapatkan SIM C:
1. Test Kesehatan
Test kesehatan meliputi cek tekanan darah, test penglihatan mata, mengukur tinggi badan, menimbang berat badan serta cek golongan darah. Begitu yang aku tahu dari hasil googling sana-sini.
Tapi ternyata untuk klinik di Polres daerah aku tidak sesibuk itu. Entah Bu Bidan yang bertugas pagi itu males ribet atau entah kenapa. Dia hanya meminta KTP, kemudian mencatat data-data di KTP ke dalam surat kesehatan. Terus aku ditanya tinggi badan berapa berat badan berapa. Aku jawab tinggi 172 dan berat 76. Selanjutnya ditanya golongan darahnya apa. Aku jawab tidak tahu. Mau kujawab golongan darah ningrat tidak mungkin juga. Karena aku memang sudah lupa golongan darahku apa. Terakhir kali test golongan darah adalah ketika mau audisi Paskibra jaman SMA dulu.
Tapi bu Bidan cuek saja tidak menuntut jawaban lebih jauh. Selanjutnya menyerahkan surat Kesehatan yang telah selesai diisi itu kepadaku. Dan aku diminta membayar Rp. 25.000.
Seneng, sekaligus sedikit kecewa. Seneng karena ternyata tidak serumit yang aku kuatirkan. Aku lulus test kesehatan tanpa test! Tanpa cek tekanan darah, test penglihatan mata, dan test lain sebagainya aku sudah lulus. Sedikit kecewa karena tanpa benar-benar ditest, cuma diminta KTP sama ditanya Tinggi Badan, Berat Badan dan golongan darah gitu aja, harus bayar Rp 25.000.
2. Mengisi Formulir
Setelah test kesehatan selesai, aku segera menuju ruang tunggu dan berkumpul bersama orang-orang dari berbagai penjuru kabupaten Kampar lainnya, yang pagi itu juga sedang mengurus SIM. Beberapa menit kemudian, kami yang sudah memiliki Surat Kesehatan dipersilahkan mengambil map berisi formulir di loket pendaftaran. Selanjutnya formulir tersebut diisi dengan data-data. Kebetulan di setiap meja disediakan contoh formulir yang telah terisi. Jadi semakin mempermudah bagi orang-orang yang tidak tau cara mengisi formulir.
Kemudian, formulir yang telah selesai diisi itu dimasukkan kembali ke dalam map bersama Surat Kesehatan dan fotocopy KTP. Setelah itu map dikumpulkan di loket pemeriksaan untuk diperiksa data-datanya dan kelengkapan berkas.
3. Nonton Bareng.
Kira-kira 10 menit kemudian, para peserta yang sudah menyerahkan formulir pengajuan SIM dipanggil satu persatu, lalu diarahkan untuk memasuki sebuah ruangan yang mirip ruangan kelas di kampus-kampus. Tadinya kukira itulah waktunya ujian teori. Tapi ternyata bukan.
Kami cuma disuruh duduk santai sambil menonton tayangan yang akan diputar di whiteboard di depan kami. Semacam film dokumenter, yang berisi petunjuk mengendarai sepeda motor di jalan raya. Seperti cara memakai helm, arti-arti rambu lalu lintas, arti marka jalan, arti isyarat polisi, bagaimana cara menyalib kendaraan lain dengan aman, hal-hal yang dilarang saat mengendarai sepeda motor, dan lain sebagainya. Yang intinya film tersebut menggambarkan bagaimana cara mengendarai sepeda motor dengan baik dan benar, sehingga aman bagi diri sendiri dan bagi para pengguna jalan yang lain.
Film tersebut berdurasi sekitar 20 menit. Dan setelah acara nonton bareng selesai, kami dipersilahkan kembali ke ruang utama alias ruang tunggu.
4. Sesi Foto.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, kami para peserta ujian SIM C kloter pertama yang tadi sama-sama nonton bareng, dipanggil ke ruang foto. Di sana satu-persatu kami melakukan sidik jari, tanda tangan dan difoto. Tanda tangan dan foto tersebut yang nanti akan tempampang di kartu SIM C kita. Setelah selesai, kami disuruh kembali lagi ke ruang utama untuk menunggu tahab selanjutnya.
5. Ujian Teori.
Tahab selanjutnya adalah ujian teori. Ini adalah salah satu tahab yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengurus SIM C. Para peserta ujian dipanggil ke ruangan tempat ujian teori itu dilaksanakan. Berbeda dengan tahab nonton bareng dan sesi foto tadi, yang dalam satu ruangan diisi dengan belasan peserta lain. Di tahab ujian teori ini, satu ruangan cuma diisi 4 peserta dengan jarak yang tidak berdekatan. Sehingga tidak bisa saling contek jawaban satu sama lain.
Sebelum memasuki ruangan ujian aku sudah sangat yakin akan melewati tahab ini dengan mudah. Dari seminggu sebelumnya, aku sudah rajin latihan menjawab kisi-kisi soal ujian teori SIM C yang ada di internet. Dan hasil dari latihan-latihan tersebut aku selalu lulus dengan tingkat kebenaran tidak pernah dibawah 70%. Bahkan beberapa kali mampu menjawab dengan benar 100%. Itulah kenapa aku begitu yakin akan lulus ujian tertulis tanpa kesulitan.
Tapi begitu memasuki ruang ujian, keyakinan itu langsung menurun. Pasalnya, kisi-kisi soal ujian teori SIM C yang aku pelajari dalam seminggu ini bentuknya soal pilihan ganda. Sedangkan ternyata, di Polres Kampar sudah tidak menerapkan sistem ujian soal pilihan ganda, melainkan dengan ujian komputer!
Tapi alhamdulillah, meskipun bentuknya ujian komputer, materi ujiannya tidak jauh berbeda dengan ujian pilihan ganda yang sudah aku pelajari. Bahkan seharusnya ujian komputer ini lebih mudah. Soalnya soal pilihan ganda itu harus memilih jawaban yang benar di antara empat pilihan: a, b, c, atau d. Sementara untuk ujian komputer, aku cukup memilih salah satu di antara dua jawaban: BENAR atau SALAH. Soal-soal yang ditanyakan juga sangat berkaitan dengan film dokumenter yang tadi kami tonton. Beberapa adegan di film tersebut muncul di soal ujian.
Contoh soal ujian komputer adalah seperti ini: Di layar komputer memperlihatkan gambar seorang pengendara sepeda motor menyalib mobil di tikungan. Apakah itu BENAR atau SALAH. Jawabannya adalah SALAH. Karena mendahului kendaraan lain di tikungan adalah tindakan salah dan berbahaya. Contoh soal lainnya: Di layar komputer menampilkan video animasi pengendara motor menghidupkan sein kiri, kemudian ia berbelok ke kiri. Apakah itu BENAR atau SALAH. Jawabannya adalah BENAR. Karena memang jika pengendara menghidupkan sein kiri maka artinya ia akan berbelok ke kiri. Akan menjadi salah jika menghidupkan sein kiri tapi ternyata malah belok ke atas.
Seperti itulah contoh soal ujian komputer. Peserta ujian cukup mencermati gambar atau video animasi yang ada di monitor komputer, dengan tangan memegang mouse. Lalu memilih jawaban BENAR atau SALAH. Kalau BENAR klik kanan, jika SALAH klik kiri. Soal ujian sebanyak 30 buah. Masing-masing soal diberi waktu 15 detik untuk menjawabnya. Dan dari 30 soal tersebut, kita harus sukses menjawab dengan benar minimal 23 soal. Jika kurang dari itu, berarti kita tidak lulus dan harus datang lagi ke Polres tiga hari kemudian untuk ujian ulangan.
Dan aku sukses menjawab dengan benar sebanyak 27 soal. Aku cuma salah 3. Aku lulus bersama dua orang lainnya. Sementara yang satu orang lagi tidak lulus. Kemudian kami yang lulus diperintahkan menuju halaman Polres untuk melaksanakan ujian selanjutnya.
Baca:
Kisi-kisi Soal Ujian Teori SIM C Beserta Kunci Jawabannya
6. Ujian Lapangan
Ujian lapangan atau ujian praktek merupakan tahab tersulit dari serangkaian proses pengurusan SIM C. Banyak peserta yang tereliminasi dalam tahab ini. Tapi seperti pada ujian teori, di ujian praktek ini aku juga sudah sangat yakin akan lulus. Selama seminggu, selain latihan mengerjakan kisi-kisi soal ujian teori, aku juga rajin latihan ujian praktek di halaman rumah. Latihan keseimbangan badan di atas motor, latihan berbelok ke kanan dan ke kiri menghindari rintangan. Selain itu, aku juga berkali-kali menonton beberapa video ujian praktek SIM C yang banyak beredar di youtube.
Beruntungnya lagi, dari tiga orang yang lulus ujian teori, aku mendapat giliran terakhir dalam ujian praktek. Jadi sambil menunggu giliran, aku bisa memperhatikan dua orang itu melaksanakan ujian praktek dan belajar dari kesalahan-kesalahan mereka. Dan dua orang itu kelihatan sekali datang tanpa persiapan yang memadai, atau entah karena grogi, berkali-kali kaki mereka menyentuh tanah, salah lintasan atau keluar lintasan dari yang telah dicontohkan, dan beberapa kali juga menjatuhkan kerucut lalu lintas.
Ketika tiba giliranku, aku perhatikan dengan baik-baik gerakan-gerakan yang sedang dicontohkan bapak penguji. Setelah selesai mencontohkan, bapak penguji menyerahkan motor kepadaku. Dan tanpa lupa mengucapkan Bismillah, aku segera menggagahi motor ujian praktek, menghidupkannya, memasukan gigi dan mulai menjalankannya pelan-pelan.Sekitar satu meter, aku langsung oper ke gigi ke dua. Dan sepanjang melaksanakan ujian praktek itu aku terus menggunakan gigi dua. Ini penting, karena dengan menggunakan gigi dua, kecepatan motor akan lebih stabil. Tidak terlalu menghentak ketika gas ditarik. Juga tidak terlalu nyelonong ketika gas diturunkan. Ujian praktek ini seperti ujian ketangkasan. Susah-susah mudah. Untuk lulus, kita hanya perlu berhasil melewati lintasan-lintasan tanpa menyenggol kerucut lalu lintas (traffic cone) yang dipasang di sekitar lintasan. Keluar lintasan, salah lintasan, atau menjatuhkan kerucut lalu lintas, kita dianggap gagal dan diberi kesempatan sekali lagi. Sekali lagi masih gagal, yasudah berarti tidak lulus ujian praktek.
Dan Alhamdulillah, berbekal sering latihan di rumah, berbekal sering nonton video ujian praktek SIM C di youtube, berbekal memperhatikan peserta-peserta ujian sebelumnya, serta memperhatikan dengan seksama gerakan-gerakan yang dicontohkan bapak penguji, juga ditunjang dengan keyakinan dan ketenangan diri, aku bisa menyelesaikan ujian praktek dengan mulus dalam jalur lintasan yang benar, tanpa menjatuhkan satupun kerucut lalu lintas.
Dari tiga orang yang ikut ujian praktek pada kloter pertama tadi, cuma aku seorang yang dinyatakan lulus. Yess! Senangnya bukan main. Rasanya pengen beli pilok terus corat coret baju. Haha.Selanjutnya aku disuruh kembali ke ruang tunggu. Sementara yang gagal ujian praktek, diperbolehkan pulang dan disuruh datang kembali seminggu kemudian.
7. Selesai.
Sekitar 20 menit menunggu dengan hati riang, aku dipanggil ke loket pembayaran. SIM C atas namaku sudah jadi. Aku diminta membayar Rp. 100.000. Setelah aku bayar dengan uang pas, ibu petugas menyerahkan SIM C milikku. Yess! Senang sekali. Tidak percuma dalam seminggu sebelumnya aku sering belajar dan latihan. Dengan demikian, mulai detik itu aku sudah resmi memiliki izin dari negara untuk mengemudikan sepeda motor. Tidak perlu deg-degan lagi, ketika sedang asyik mengendarai motor tiba-tiba ada polisi di pinggir jalan.
Itulah Cara Membuat SIM C Dengan Mudah dan Murah Tanpa Calo. Mudah, asalkan kita datang berbekal persiapan yang matang, dalam waktu 3 jam saja SIM C sudah jadi. Ujian teori tidak susah, asalkan mau belajar. Ujian praktek juga tidak sulit, asalkan mau latihan. Dan dengan biaya Rp. 100.000, tentu ini jauh lebih murah dibanding melalui calo yang biayanya mencapai Rp. 500.000 atau bahkan lebih.
Mungkin di polres-polres lain tidak akan sama persis seperti ini tahab-tahabnya dalam pembuatan SIM C. Tapi, belajar dari pengalaman orang lain itu juga tidak ada salahnya. Semoga demikian. ^^