Wednesday, 4 May 2016

Manfaat sholat DHUHA

ssalamualaikum wr wb,
Bagi sebagian umat muslim di dunia, sholat dhuha telah menjadi sebuah amalan sunnah yang harus dilaksanakan setiap harinya. Hal ini dikarenakan keutamaan dan dalil yang melatar belakangi amalan sholat dhuha tersebut.
Pada artikel kali ini kita akan mengupas tuntas tentang sholat dhuha dan berbagai hal yang menyertainya.
Rahasia Rezeki
Sholat Dhuha

Allah telah menciptakan manusia dengan perencanaan yang sebaik-baiknya. Berbagai hal telah dipersiapkan guna menunjang kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia untuk menanggung beban sebagai khalifah di muka bumi ini. Salah satu dari banyak hal yang Allah persiapkan adalah Rezeki.
Rezeki adalah Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan, entah berupa pakaian, makanan, pasangan dan yang lain sebagainya. Rezeki menjadi hak atas semua makhluk, hewan, manusia dan tumbuhan.
Sejatinya Allah telah menentukan kadar Rezeki yang menjadi jatah setiap individu sepanjang masa hidupnya. Tidak masalah apakah orang itu kaya, miskin, sehat atau sakit sekalipun, dengan ke-Maha Adil-an-Nya, setiap manusia telah memiliki jatah rezeki yang akan ia terima.
Maka kita harus bisa memahami jika sebenarnya Rezeki hanyalah satu dari berbagai bentuk ujian yang telah Allah persiapkan. Apakah dengan Rezekinya tersebut ia mampu menjadi hamba yang bersyukur atau malah mengingkarinya.
Ujian berikutnya adalah ketika Allah menguji dengan kecepatan datangnya Rezeki tersebut. Kita tahu ada yang dihendaki oleh Allah dengan mendapat rezeki yang banyak dan cepat, sehingga banyak orang yang mengira ia adalah orang yang senantiasa beruntung dalam hidupnya. Ada juga yang Allah uji dengan kecepatan yang begitu lambat dan dengan jumlah yang tidak begitu banyak, sehingga banyak orang yang mengira jika hidupnya senantiasa dirundung kesialan dan kemiskinan.
Fenomena ujian ini telah Allah abadikan dalam Al Qur’an,
فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ رَبُّهُ ۥ فَأَكۡرَمَهُ ۥ وَنَعَّمَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكۡرَمَنِ (١٥) وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ رِزۡقَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَـٰنَنِ
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (Q.S Al Fajr : 15-16)
Dengan ujian terkait rezeki ini, Rasulullah telah memperingatkan umatnya sejak lama. Dalam sebuah hadist, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
Sampai disini mestinya kita paham, bahwa permasalahan terakit rezeki ini tidak semestinya melalaikan kita dalam mengabdikan diri untuk kebahagiaan akhirat kelak. Pun sama halnya dengan berbagai ibadah dan amalan yang akan kita lakukan, jangan berorientasi semata-mata demi memperlancar rezeki semata.
Keagungan Waktu Dhuha
Sholat Dhuha

Al Qur’an mengabadikan waktu dhuha ini dalam sebuah surat bernama Adh Dhuha. Hal ini menunjukan jika Allah memberikan perhatian lebih di waktu yang bermakna Di waktu matahari sepenggelahan naik tersebut.
Secara umum, Allah sendiri sering menggambarkan jika orang-orang mukim yang terbaik adalah yang mampu memanfaatkan waktu pagi dan petang dengan berdzikir mengingat-Nya. Seperti firman Allah berikut ini,
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّہُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُ ۥ‌ۖ
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya (Q.S Al-Kahfi : 28)
إِنَّا سَخَّرۡنَا ٱلۡجِبَالَ مَعَهُ ۥ يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ
Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, (Q.S Shaad : 18)
Sedemikian pentingnya waktu pagi ini dan petang ini, sehingga dalam Al Qur’an berulang-ulang kali di ingatkan. Hal ini agar manusia sebagai makhluk bisa dengan sebaik mungkin memanfaatkan waktu-waktu untuk berdzikir dan bertasbih kepada Allah SWT, sebagaimana dzikir dan tasbih makhluk Allah yang lainnya.
Rasulullah SAW dan para sahabat sering memanfaatkan waktu pagi dengan sebaik mungkin. Sebagaimana sebuah hadist mengatakan, Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan jika apa yang dilakukan Rasulullah SAW tersebut adalah sholat dhuha, sementara beberapa pendapat yang lain mengatakan jika apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tersebut adalah sholat yang dikenal dengan nama sholat Isyroq.
Maka bagaimana pun juga sangat penting bagi kita sebagai umat Islam untuk memanfaatkan pagi sebaik mungkin. Hal ini tidak terlepas dari simbol pagi dan petang sebagai waktu peralihan dari bergantinya siang dan malam. Allah telah mengisyaratkan jika waktu siang adalah untuk waktu bekerja, beraktifitas dan waktu untuk menjemput rezeki dengan bertebaran di muka bumi. Sementara waktu malam sebagai waktu untuk beristirahat dan penutup.
Allah SWT berfirman,
وَجَعَلۡنَا نَوۡمَكُمۡ سُبَاتً۬ا (٩) وَجَعَلۡنَا ٱلَّيۡلَ لِبَاسً۬ا (١٠) وَجَعَلۡنَا ٱلنَّہَارَ مَعَاشً۬ا (١١)
dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, (Q.S. An Naba : 9-11)
Maka dilaksanakannya sholat dhuha sangat tepat untuk mengawali hari sepanjang siang untuk memulai ikhtiar mencari penghidupan. Setidaknya sebagai bentuk kepasrahan dan tawakal atas kehidupan kita di hari tersebut. perkataan Ibnu ‘Abbas berikut ini. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
ما من مؤمن ولا فاجر إلا وقد كتب الله تعالى له رزقه من الحلال فان صبر حتى يأتيه آتاه الله تعالى وإن جزع فتناول شيئا من الحرام نقصه الله من رزقه الحلال
“Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya.”
Hikmah lain dalam pelaksanaan sholat dhuha di pagi hari adalah kita mampu mentasbihkan jika semua rezeki yang akan kita peroleh pada hari itu semata-mata berasal dari Allah SWT. Dengan demikian semua ikhtiar yang kita lakukan sepanjang hari itu, akan meningkatkan iman kita kepada Allah SWT semata.
Sholat Dhuha
Sholat Dhuha

Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang bersifat muakkad, artinya adalah sholat yang bersifat kuat dengan di dasari dalil yang jelas. Hal ini dikarenakan sepanjang hidup Rasulullah dan para sahabat, sholat dhuha menjadi salah satu amal yang sering beliau kerjakan.
Beberapa ulama terdahulu dan pada era saat ini, banyak yang menjadikan sholat dhuha sebagai bagian dari amalan sehari-hari yang tidak boleh ditinggalkan. Misalnya seperti K.H. Muhammad Arifin Ilham yang menganjurkan jamaahnya untuk melaksanakan 7 amalan harian sunnah Nabi, dimana diantaranya terdapat sholat dhuha.
Dari beberapa penjelasan ulama, diketahui jika sholat dhuha sangat berkaitan erat dengan rezeki. Hal ini didasari dari sebuah hadist yang berbunyi,
“Barang siapa yang melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat, maka akan ditulis sebagai orang- orang yang tidak lalai dalam mengingat Allah. Barang siapa yang melaksanakan 4 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang suka beribadah. Barang siapa yang melaksanakan 6 rakaat, maka akan dicukupkan ia pada hari tersebut. Barang siapa yang melaksanakan 8 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang selalu berbuat taat. Dan barang siapa yang melaksanakan 12 rakaat, maka Allah akan membina baginya mahligai di dalam Surga”. (HR At Thabrani)
Meski perlu diluruskan juga jika sholat dhuha bukanlah sholat untuk rezeki. Niat untuk melaksanakan sholat dhuha adalah untuk mendekatkan diri kepada Rabb, ada pun mendapatkan kemudahan rezeki maka itu menjadi bagian dari ikhtiar yang kita kerjakan dan do’a yang kita panjatkan.
Hal ini harus kita pahami sebaik mungkin, sama halnya dengan sedekah yang menyebutkan jika balasan sedekah itu adalah balasan dari Allah dengan nominal berkali-kali lipat. Akan tetapi, bukan itu sejatinya yang kita harapkan. Yang mesti kita niatkan adalah sedekah untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti perintah syariat agar termasuk dalam golongan orang bertakwa, sedangkan balasan materi yang berkali-kali lipat tersebut menjadi “bonus” yang telah dijanjikan saja.
Begitupun dengan sholat dhuha, melaksanakan sholat adalah sebagai bentuk ketaatan kita atas syariat dan sunnah Nabi, sementara rezeki adalah hal yang telah diijanjikan. Maka melaksanakan sholat dhuha adalah ikhtiar kita untuk menjemput keridhoan Allah atas rezeki yang akan kita dapatkan pada hari itu. Oleh karena itu, ketika banyak atau sedikitnya rezeki yang kita peroleh setelah melaksanakan sholat dhuha tidak menjadi tolak ukur kualitas sholat dhuha yang kita lakukan.
Syarat dan Ketentuan Sholat Dhuha
Sholat Dhuha

Dalam melaksanakan sholat dhuha ada aturan-aturan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beberapa aturan tersebut telah menjadi karakteristik khas shalat dhuha yang membedakannya dengan shalat sunnah lain.
Beberapa aturan tersebut diantaranya adalah,
Waktu
Karakteristik khas yang dimiliki sholat dhuha adalah adanya batasan waktu. Sebagaimana namanya yang diambil dari batasan waktu sejak matahari beranjak naik, hingga hampir mencapai puncaknya.
Batasan waktu dari sholat dhuha tersebut telah digambarkan dalam sebuah hadist,
Zaid bin Arqam melihat orang-orang melaksanakan shalat Dhuha (di awal pagi). Ia pun berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (orang yang taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’” (HR. Muslim)
Jika kita terapkan dalam sistem waktu di Indonesia, maka diperoleh waktu permulaan dilaksanakannya sholat dhuha adalah sekitar pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 11.30.
Jumlah Rakaat
Jumlah rakaat paling sedikit dalam pelaksanaan sholat dhuha adalah 2 rakaat, sementara paling banyak adalah 12 rakaat, bahkan sampai tak terbatas. Dimana dalam setiap rakaat tersebut, dibagi dengan salam setiap dua rakaat atau sekaligus 4 rakaat tanpa duduk tahiyat awal.
Hal ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu ’anha, “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak Allah.” (HR. Muslim)
Tata Cara Sholat Dhuha
Sholat Dhuha
Pada dasarnya tidak ada yang membedakan antara sholat dhuha dengan sholat pada umumnya. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melaksanakan sholat dhuha diantaranya,
Niat
Kaidah fikih secara umum menyebutkan jika hukum niat adalah wajib bagi setiap amal yang hendak kita lakukan. Begitupun dalam melaksanakan sholat dhuha, niat menjadi hal yang harus dilakukan manakala hendak melaksanakan sholat dhuha.
Niat bertempat dihati, dengan demikian sebuah kesadaran akan melakukan sholat dhuha pun sebenarnya sudah mencukupi terbentuknya sebuah niat. Akan tetapi sebagai bentuk penguatan terhadap niat, maka di anjurkan untuk melafalkannya.
Pelafalan niat yang di ajarkan oleh para ulama adalah,
Usholli sunnatan Dhuha Rak’ataini Lillahi Ta’ala
Aku Niat Shalat Sunah Dhuha Dua Raka’at, Karena Allah Ta’ala.
Berjamaah atau Tidak ?
Pelaksanaan sholat dhuha pada dasarnya dilakukan dengan sendiri, akan tetapi beberapa ulama memperbolehkan jika hendak dilakukan secara berjamaah.
Secara umum, tentang sholat sunnah yang dilaksanakan secara bersama-sama atau berjamaah bisa dilihat di . Sedangkan pada shalat dhuha, diperbolehkan dilaksanakan secara berjamaah karena di ambil dari Dalam kitab Fathul Bari (Syarah Shahih Bukhari) karya Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, dinukilkan hadis ‘Itban bin Malik RA tersebut, bahwa Rasulullah SAW telah melakukan sholat Dhuha (subhata adh-dhuha) di rumahnya [rumah ‘Itban bin Malik], lalu orang-orang berdiri di belakang beliau dan mereka pun sholat dengan sholat beliau.
Meski demikian, pelaksanaan shalat sunnah secara umum dan termasuk dhuha didalamnya, diperbolehkan berjamaah dalam niatan memberikan contoh dan pelajaran. Sementara itu, shalat berjamaah yang dilakukan pun tidak akan mendapat pahala berjamaah selayaknya sholat fardhu. Sehingga tetap diutamakan untuk melaksanakan sholat secara sendiri-sendiri saja.
Do’a Sholat Dhuha
Secara khusus Rasulullah tidak mencontohkan do’a yang khusus dibaca ketika selesai melaksanakan sholat dhuha. Hanya saja beberapa ulama telah merumuskan dan menganjurkan membaca do’a ketika selesai melaksanakan sholat dhuha.
Berikut salah satu do’a yang seringkali kita sudah membaca selepas sholat dhuha.
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
Hikmah Sholat Dhuha
Sholat Dhuha

Keutamaan yang dimiliki oleh sholat dhuha ini begitu luar biasa, hal ini tercermin dari banyaknya hadist yang menggambarkan bagaimana balasan Allah terhadap orang muslim yang senantiasa melaksanakan sholat dhuha.
Pertama, Menebus Kewajiban Sedekah untuk Setiap Persendian
Dalam diri manusia terdapat 360 ruas tulang, wajib bagi semua orang untuk mensedekahi setiap ruas tulangnya.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Nabi Allah?” Beliau bersabda: “Menutupi ludah di masjid dengan tanah, menyingkirkan sesuatu dari jalan (bernilai sedekah). Jika kamu tidak bisa mendapatkan amalan tersebut maka dua rakaat Dhuha menggantikan (kewajiban)mu.” (HR. Abu Daud)
Kedua, Digambarkan Sebagai Orang yang Mendapat Rampasan Perang
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus sekelompok utusan perang, kemudian utusan ini membawa banyak harta rampasan perang dan pulangnya cepat. Kemudian ada seorang berkata: “Wahai Rasulallah, kami tidak pernah melihat kelompok yang lebih cepat pulang dan lebih banyak membawa ghanimah melebihi utusan ini.” Kemudian Beliau menjawab: “Maukah aku kabarkan keadaan yang lebih cepat pulang membawa kemenangan dan lebih banyak membawa rampasan perang? Yaitu seseorang berwudlu di rumahnya dan menyempurnakan wudlunya kemudian pergi ke masjid dan melaksanakan shalat subuh kemudian (tetap di masjid) dan diakhiri dengan shalat Dhuha. Maka orang ini lebih cepat kembali pulang membawa kemenangan dan lebih banyak rampasan perangnya.”(HR. Abu Ya’la)
Ketiga, Termasuk Kedalam Golongan Awwabin
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali para Awwabin” beliau mengatakan: “Shalat Dhuha adalah shalatnya para Awwabin”(HR. Ibn Khuzaimah)
Adapun orang awwabin adalah orang-orang yang taat kepada Allah atau orang-orang yang kembali taat.
Keempat, Dicukupi Kebutuhan Hidupnya Selama Siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad)
Kelima, Mendapat Pahala Haji dan Umroh Sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Demikian penjelasan seputar holat dhuha dan berbagai hikmah serta pemahamannya. Semoga bisa menjadi sebuah motivasi tambahan bagi kita sehingga senantiasa bersemangat dalam beribadah kepada Allah SWT.
Keenam, Mendapatkan Jaminan Balasan Pahala yang Setimpal
“Barang siapa yang melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat, maka akan ditulis sebagai orang- orang yang tidak lalai dalam mengingat Allah. Barang siapa yang melaksanakan 4 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang suka beribadah. Barang siapa yang melaksanakan 6 rakaat, maka akan dicukupkan ia pada hari tersebut. Barang siapa yang melaksanakan 8 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang selalu berbuat taat. Dan barang siapa yang melaksanakan 12 rakaat, maka Allah akan membina baginya mahligai di dalam Surga”. (HR At Thabrani)

No comments:

Post a Comment