Sunday, 30 October 2016

Sejarah Gunung Patuha

Gunung Patuha, sekilas mengenal sejarah gunung ini yg berlokasi di bandung selatan (ciwidey) dan merupakan gunung tertinggi ke-2 setelah gn. Kendang. Gunung yg mempunyai ketinggian 2434mdpl ini mempunyai 2 kawah, yaitu kawah putih yang berada tepat di bawah puncak dgn ketinggian sekitar 2100 mdpl dan kawah saat yg berada di puncak gunung patuha.
Nama "patuha" bermula dari kata "sepuh" dlm bhs indo "pak tua" yg lambat laun nama ini berubah menjadi "patuha". Gunung patuha meletus pada abad X dan XII hingga akhirnya membentuk kawah yg sering disebut sbg "kawah putih" kawah dgn bebatuan/pasir yg putih dan air kawah yg berwarna putih dikelilingi tebing kapur bekas letusan yg sudah ditumbuhi lumut dan tanaman liar lainnya.
Masyaraka sekitar menganggap bahwa kawasan gunung ini sangat angker dan mistis. Bahkan segerombolan burung yg terbang enggan melewati puncak ini dan kalopun ada maka akan mati. Menurut kepercayaan masyarakat area puncak gunung patuha terdapat 7 makam leluhur yg namanya diawali oleh kata "eyang" (Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom dan Eyang Jambrong). Di salahsatu puncak gunung patuha yaitu puncak kapuk dipercayai sebagai tempat berkumpulnya para leluhur tsb yg dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Ditempat ini masyarakat sesekali melihat segerombol Domba berbulu putih (Domba Lukutan) yg di percayai sbg jelmaan para leluhur.
Kepercayaan mengenai keangkeran kawah lambat laun terpecahkan. Pada tahun 1837, seorang Belanda keturunan Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn berkunjung ke Bandung Selatan (Ciwidey). Saat itu, ia memandangi sebuah area gunung yang terlihat sunyi bahkan tidak ada satu ekor burung pun yang terbang di atasnya, dan hal ini membuatnya penasaran. Setelah beliau mencari informasi melalui masyarakat setempat mengenai keanehan tsb hampir dari mereka menceritakan hal yang sama bahwa Gunung Patuha merupakan area yang sangat angker dimana merupakan tempat arwah para leluhur dan merupakan pusat kerajaan mahluk halus. Menurut seorang belanda yg latar dan pemahamannya beda, keadaan dan kondisi ini merupakan sesuatu yang kurang masuk akal sehingga membuatnya lebih penasaran.
Singkat cerita, dengan segala keberaniannya ia menembus hutan yang mengelilingi area tersebut. Setelah berada di puncak gunung, Franz Wilhelm kaget karena menyaksikan sebuah danau yang begitu indah dengan air yang sedikit hijau dengan semburan larva diatasnya. Selain itu, di beberapa lokasi tertentu tercium bau blerang yang sangat menyengat, itu mengapa burung2 enggan utk melewat di atas puncak gunung patuha.
Atas jasa Franz Wilhelm, Penerintah Belanda yang menjajah Indonesia kala itu mendirikan pabrik kapur dengan nama “Zwavel Ontgining Kawah Putih”. Namun, setelah kekuasaan diambil alih oleh pemerintah Jepang, nama inipun berubah menjadi “Kawah Putih kenzanka Yokoya Ciwidey”.
Sejak tahun 1991 sampai sekarang, Perum Perhutani mengembangkan area kawah sebagai objek wisata.
Franz Wilhem Junghuhn kini sudah lama tiada, namun penemunya yang dikenal dengan nama Kawah Putih masih tetap anggun mempesona sampai saat ini.
Utk jalur pendakian menuju puncak gunung patuha ini bisa ditempuh dari 2 arah, yaitu dari arah kampung cipanganten dan dari wisata kawah putih. Lama pendakian dari desa cipanganten bisa ditempuh 3-4jam dan bila dari kawah putih hanya 1-2jam (lebih cepat). Medannya pun cukup bersahabat namun tetap berhati2 karna banyak percabangan dan area puncak yg sangat dingin bahkan di sore hari bisa mencapai 0°C. Setelah dari puncak pengunjung bisa turun dan melihat kawah saat yg tak kalah indah dgn kawah putih.
Selmat Berlibur dan selamat mencoba
To four from seven Mountain Bandung

No comments:

Post a Comment