BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam makalah ini,
kami mengambil tema mengenai Termokimia. Kami memilih tema ini karena kami rasa
materi ini sangat penting untuk dipelajari. Termokimia merupakan salah satu
materi dasar dalam kimia yang harus dikuasai.
Di dalam makalah
ini kami membahas tentang konsep dasar dari termokimia yang kami sajikan pada
bagian awal dari isi makalah. Hal ini kami lakukan karena kami menilai untuk
memahami suatu materi, kita harus mengetahui konsep dasar terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan pada bagian inti materi.
Termokimia
merupakan materi yang harus dipahami dengan baik karena di dalamnya mencakup
cukup banyak materi lainnya, seperti termodinamika I, kalor reaksi, kerja,
entalpi, kalorimeter, hukum Hess, penentuan DH reaksi, energi ikatan, dan
jenis-jenis kalor. Maka dari itu, kami berusaha untuk membuat materi termokimia
dalam makalah ini menjadi ringkas dan mudah dipahami.
I.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk mempelajari konsep dasar termokimia
2. Untuk mempelajari materi-materi yang terkait dengan
termokimia
3. Memahami tentang termokimia lebih mendalam
I.3. Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, kami memperoleh kajian materi dari beberapa sumber,
yaitu studi literatur dari buku-buku yang terkait dengan topik dan berbagai
artikel dari internet.
Halaman
I. Pendahuluan
………………………………………………………………………… 1
I.1. Latar belakang……………………………………………………………. 1
I.2. Tujuan penulisan
………………………………………………………… 1
I.3. Metode penulisan
………………………………………………………... 1
I.4. Sistematika penulisan
…………………………………………………… 2
II. Isi
II.1. Konsep Dasar
……………………………………………………………. 3
II.2. Termodinamika I
………………………………………………………… 4
II.3. Kalor reaksi ………………………………………………………………
6
II.4. Kerja
…………………………………………………………………….. 8
II.5. Entalpi ……………………………………………………………………
11
II.6. Kalorimeter ………………………………………………………………
15
II.7. Hukum Hess
…………………………………………………………….. 20
II.8. Penentuan DH reaksi
…………………………………………………….. 23
II.9. Energi ikatan ……………………………………………………………...
29
II.10. Jenis-jenis kalor ………………………………………………………….. 32
III. Penutup
……………………………………………………………………………... 34
III.1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 34
III.2. Saran …………………………………………………………………….. 34
Daftar pustaka
…………………………………………………………………………... 35
BAB II
ISI
II.1. Konsep Dasar
Termokimia adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sedangkan
energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung setiap unsur atau
senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah semacam energi
potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang terkandung dalam suatu zat
disebut panas dalam atau entalpi
dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi
hasil pada suatu reaksi
disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan
entalpi reaksi diberi simbol ΔH.
Bagian dari ilmu
kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat yang menyertai
suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara
operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.
Termokimia
merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang dapat diperoleh dari
reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar untuk
pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam
termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah
tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi.
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama
termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang
menyertai reaksi kimia.
II.2. Termodinamika I
Termodinamika
kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam
perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena
termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
Thermodinamika
merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan
antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi di dalam
alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja,
yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah
dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu
bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini
disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi
Suatu sistem thermodinamika adalah suatu masa atau daerah yang dipilih untuk
dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut
sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas
sistem (boundary), seperti terlihat pada Gambar 1.1. Dalam aplikasinya batas
sistem nerupakan bagian dari sistem maupu lingkungannya, dan dapat tetap atau
dapat berubah posisi atau bergerak.
Penerapan hukum
termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian dari
termokimia.” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta
adalah konstan.” hukum termodinamika 1
Perubahan kalor pada tekanan konstan:
DH = DE + PDV
W= PDV
DE = energi dalam
Pada proses
siklis (keadaan akhir identik dengan kedaan
awal) U1
=U2 è U2 - U1 = 0 , karena U adalah fungsi keadaan dan dalam keadaan
sama nilai U juga sama. Pada proses siklis dimungkinkan adanya panas yang
keluar sistem. Sehingga panas netto yg masuk ke dalam sistem seluruhnya dipakai untuk
melakukan usaha
Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sbg
∆U = Q – W
∆U è perubahan tenaga dakhil sistem
Q è panas yang masuk/keluar dari sistem
W è Usaha yang dilakukan thp sistem
Tenaga dakhil
adalah jumlah tenaga kinetik dan tenaga potensial molekul-molekulnya (pada gas
sempurna molekulnya tidak tarik-menarik). Perumusan di atas tidak
meninjau kemungkinan sistem yg bergerak nisbi terhadap lingkungan
Mekanika è ∆Ek
= W (tenaga kinetik benda = usaha yg dilakukan thp sistem)
Termodinamika,
W-nya (-) è ∆Ek = -W
Pada suatu proses,
tenaga kinetik maupun tenaga dakhil dapat berubah yg disebabkan oleh arus panas
ataupun usaha. Sehingga hukum pertama dapat ditulis :
∆U + ∆Ek = Q – Wt
Wt è Usaha
total (usaha sistem sendiri, juga gaya-gaya yg lain. Usaha tersebut
karena gaya konservatif maupun nonkonservatif
è Wt = Wk +
Wnk
Dengan rumus hukum
pertama termodinamika berubah. Menurut mekanika besar usaha oleh gaya
konservatif, misalnya gaya gravitasi Wk = -∆Ep, pada termodinamika menjadi Wk =
∆Ep
∆U + ∆Ek + ∆EP = Q
– Wnk
II.3. Kalor Reaksi
Perubahan energi
dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, sebab itu lebih tepat
bila istilahnya disebut panas reaksi.
Kebanyakan, reaksi
kimia tidaklah tertutup dari dunia luar. Bila temperatur dari campuran reaksi
naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan turun, maka disebut
sebagai reaksi eksoterm. Namun bila pada pada suatu reaksi temperatur dari
campuran turun dan energi potensial dari zat-zat yang ikut dalam reaksi naik,
maka disebut sebagai reaksi endoterm.
Ada beberapa macam
jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah sistim terbuka, yaitu
ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga sistim tertutup,
dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja saja. Sementara,
perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan dimana sistim diisolasi dari
lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat mengalir. Kemudian, ada pula
perubahan yang terjadi pada temperature tetap, yang dinamakan perubahan
isotermik.
Pada perubahan
suhu, ditandai dengan ∆t (t menunjukkan temperatur), dihitung dengan cara
mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir – tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial;
∆(E.P) = (E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Dari definisi ini
didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk perubahan eksoterm dan
endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih
rendah dari energi potensial pereaksi, berarti EPakhir lebih rendah dari EPmula-mula. Sehingga harga ∆(E.P) mempunyai harga negatif. Pada
reaksi endoterm, terjadi kebalikannya sehingga harga ∆(E.P) adalah positif.
Pada suatu reaksi,
reaksi pembentukannya didefinisikan sebagai reaksi yang membentuk senyawa
tunggal dari unsur-unsur penyusunnya (contoh: C + ½O2 + 2H2 → CH3OH). Sementara panas pembentukannya didasarkan pada 1 mol senyawa
terbentuk. Panas pembentukan standar yaitu 298.15 K (∆H°f298).
Panas standar adalah pada 25°C, seperti contoh reaksi
·
4HCl(g) → 2H2(g) + 2Cl2(g) ∆H°298 = (4)(92307)
·
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) ∆H°298 = (2)(-241818)
Sementara, panas reaksi pada temperatur tidak standar
·
DHOT =DH0298 +òT298DCp dT
Dapat disimpulkan
bahwa kalor reaksi (∆H) adalah kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan
(dihasilkan) dalam reaksi, disebut juga perubahan entalpi. Pada beberapa
reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat diukur melallui suatu percobaan di dalam
laboratorium. Pengukuran kalor reaksi tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam
suatu proses tertentu. Sebuah termometer sederhana terdiri dari bejana
terisolasi, alat pengaduk, dan termometer.
II.4. Kerja
Istilah kerja
merupakan konsep yang telah didefinisikan oleh ilmu utama mekanika. Dalam
termodinamika, kerja secara umum didefinisikan sebagai gaya kali jarak. Jika
perpindahan jarak akibat gaya F adalah sebesar ds (ds=distance/jarak), maka
kerja yang dilakukan.
DW= F ds
Simbol DW digunakan
untuk jumlah kecil dari kerja dan merupakan fungsi yang tidak pasti karena kerja
yang dilakukan tergantung pada jalannya reaksi. Terdapat berbagai jenis kerja
yang didefinisikan dengan persamaan:
Kerja
mekanik
DW = F ds
Kerja
ekspansi
DW = p dV
Kerja
gravitasi
DW = mgdh
Kerja permukaan
DW = γ dA
Kerja
listrik
DW = e dq
Sejumlah kecil
tidak terhingga dari kerja, dw, dapat dilakukan oleh sistem yang
bersangkutan pada lingkungannya, atau oleh lingkunganya pada sistem itu.
Rekomendasi I.U.P.A.C. 1970 adalah untuk mengambil dw positif dalam kasus yang
terakhir dan negatif dalam kasus sebelumnya, yakni kerja positif dilakukan pada sistem.
Asal perubahan yang terjadi itu lambat dan tanpa gesekan, kerja biasanya dapat
dinyatakan dalam bentuk
dw= ydx,
atau sebagai jumlah suku-suku seperti
|
dw= ∑ yidxi
yi dan xi
masing-masing adalah gaya dalam bentuk umum dan perpindahannya. Misalnya, kerja
yang dilakukan pada benda dengan kenaikan yang kecil tidak
terhingga dari volumenya, dV, terhadap tekanan yang melawannya, p, adalah-pdV.
Denikian pula kerja yang dilakukan pada fase homogeny bila ia meningkatkan luas
permukaannya dengan dA adalah +γ dA, γ adalah tegangan
permukaan terhadap lingkungan khusus itu. Bila suatu sistem seperti sel galvani
mengakibatkan dQ coulomb listrik mengalir ke dalam kondensor, yang antara
pelat-pelatnya terdapat tegangan E volt, kerja yang
dilakukan pada sel galvani adalah –EdQ joule.
(Bersamaan dengan itu, atmosfer melakukan sejumlah kerja –pdV pada sel,
dV adalah perubahan volume sel selama proses kimia yang bersangkutan).
Pernyataan-pernyataan serupa dapat diperoleh bagi peregangan kawat, kerja
magnetisasi, dan sebagainya.
Tanda yang akan digunakan selanjutnya adalah:
a. Kerja adalah positif jika sistem melakukan kerja
terhadap sekeliling.
b. Kerja adalah negatif jika kerja dilakukan terhadap
sistem oleh sekeliling.
Kerja total yang
dilakukan sistem dapat diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan di atas.
Sebagai contoh, kerja ekspansi diberikan sebagai
W = ʃ p dV
Dapat dicatat
bahwa semua bentuk kerja dapat saling dipertukarkan dengan menggunakan sarana
mekanik sederhana seperti kerekan tanpa gesekan, motor listrik, dan sebagainya.
Bila istilah ‘kerja’ dipakai dengan benar, bentuk apa pun kerja yang kita bahas
selalu dapat diubah (karena saling dipertukarkan) untuk mengangkat sebuah
beban. Dalam kebanyakan sistem kimia, selain sel galvani, kerja perubahan
volume adalah satu-satunya bentuk kerja yang sebagian besar dapat dirasakan.
Tetapi, kemungkinan bahwa bentuk lain menjadi penting, harus selalu diingat
dalam pendekatan masalah baru. Dalam hal itu mungkin perlu untuk memperkenalkan
variable keadaan tambahan, misalnya luas permukaan dari sistem atau kuat medan
magnetik.
Dalam penggunaan
pernyataan dw=ydx biasanya perlu dirincikan bahwa proses yang bersangkutan
adalah lambat, jika tidak, ada kekaburan tentang nilai gaya y. Misalnya, bila
suatu gas mengembang atau mengempis dengan tiba-tiba, tekanan dalamnya tidak
sama dengan gaya luar per satuan luas, dan memang tekanannya berubah dari satu
daerah gas ke daerah lainnya. Di sini terjadi percepatan, dan kerja dilakukan
dalam menciptakan energi kinetik. Kesulitan ini hilang bilang
perubahan-perubahannya berlaku lambat sekali dan bila gesekan tidak ada karena
gaya-gaya yang sebaliknya mendekati kesetaraan.
Dalam termokimia
ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut perpindahan energi,
yaitu sistem dan lingkungan. Segala sesuatu yang
menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi disebut sistem,
sedangkan hal-hal yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem disebut
lingkungan.
Berdasarkan
interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi perpindahan
energi dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem. Pertukaran materi
artinya ada hasil reaksi yang dapat meninggalkan sistem (wadah reaksi),
misalnya gas, atau ada sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem.
2. Sistem Tertutup
Suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan dapat
terjadi perpindahan energi, tetapi tidak dapat terjadi pertukaran materi
disebut sistem tertutup.
3. Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan energi dan materi antara sistem dengan lingkungan.
Energi adalah
kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau menghasilkan panas (kalor=q).
Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor (q)
atau bentuk energi lainnya yang secara kolektif kita sebut kerja (w).
Energi yang dipindahkan dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor yang
memengaruhi jumlah total energi yang terdapat dalam sistem disebut energi dalam
(internal energy). Kerja adalah suatu bentuk pertukaran energi antara
sistem dan lingkungan di luar kalor. Salah satu bentuk kerja yang sering
menyertai reaksi kimia adalah kerja tekanan-volum, yaitu kerja yang berkaitan
dengan pertambahan atau pengurangan volum sistem.
II.5. Entalpi
Entalpi (H)
adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat
ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang
jumlahnya tidak dapat diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi
yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air
dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang disebut Entalpi (
H ).
H = E + (
P.V )
DH
= DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + (
P. DV )
DH = qp – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp
Untuk reaksi kimia
:
DH = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan
Reaksi pada
tekanan tetap : qp = DH ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume
tetap : qv = DE ( perubahan energi dalam
)
Perubahan kalor
atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” .
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH
dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem.
Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es
menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air
lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan
entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara
entalpi hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi.
Setiap sistem atau
zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial berkaitan
dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom –
atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari
semua bentuk energi itudisebut entalpi (H) . Entalpi akan tetap
konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya
entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).
Entalpi (H) suatu
zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat
yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama
proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan
entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan es menjadi air,
maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) -H H20 (s)
Apabila kita amati
reaksi pembakaran bensin di dalam mesin motor. Sebagian energi kimia yang
dikandung bensin, ketika bensin terbakar, diubah menjadi energi panas dan
energi mekanik untuk menggerakkan motor. Demikian juga pada mekanisme kerja sel
aki. Pada saat sel aki bekerja, energi kimia diubah menjadi energi listrik,
energi panas yang dipakai untuk membakar bensin dan reaksi pembakaran bensin
menghasilkan gas, menggerakkan piston sehingga menggerakkan roda motor.
Gambar berikut ini menunjukkan diagram perubahan
energi kimia menjadi berbagai bentuk energi lainnya.
Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan
dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan
es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah
positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada
entalpi es.
Termokimia
merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan
entalpi yang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi
perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih
antara entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi.
Pada reaksi
endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif.
Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil,
sehingga ΔH negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor
reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang
khas pula, misalnya kalor pembentukan,kalor penguraian, kalor pembakaran, kalor
pelarutan dan sebagainya.
II.5.1. Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan
standar diberi simbol (ΔH◦f), simbol f berasal dari kata formation yang berarti
pembentukan. Contoh unsur-unsur yang stabil pada keadaan standar, yaitu : H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca, dan Hg.
II.5.2. Entalpi Penguraian Standar (ΔH◦d)
Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari
unsure-unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian
standar diberi simbol (ΔH◦d) simbol d berasal dari kata decomposition yang
berarti penguraian.
Menurut Hukum
Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari
unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa
tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan
dari entalpi pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian jumlah kalornya
sama tetapi tandanya berlawanan karena reaksinya berlawanan arah.
II.5.3. Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi
pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang
stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦c) simbol d berasal
dari kata combustion yang berarti pembakaran.
Pembakaran selalu
membebaskan kalor sehingga nilai entalpipembakaran selallu negatif (eksoterm)
II.5.4. Entalpi Pelarutan Standar (ΔH◦s)
Entalpi
pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar
diberi simbol (ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation yang berarti
pelarutan.
II.5.5. Entalpi Netralisasi Standar
Adalah entalpi
yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam
pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol
II.5.6. Entalpi Penguapan Standar
Adalah entalpi
yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan denganDHvap. Satuannya = kJ / mol.
II.5.7. Entalpi Peleburan Standar
Adalah
entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat
menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak
dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya =
kJ / mol.
II.5.8. Entalpi Sublimasi Standar
Adalah entalpi
yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase
gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
II.6. Kalorimeter
Kalorimetri yaitu
cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter. Perubahan
entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan, untuk
menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan
kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang
terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran perubahan kalor dapat
dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x DT
qkalorimeter = C x DT
dengan :
q = jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan
dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
Beberapa jenis
kalorimeter :
1.
Kalorimeter bom
Kalorimeter
bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori)
yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan kalor dari
reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat
berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel
dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang
dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Sejumlah sampel
ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap
kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari
kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan
menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor
yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair + qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair = m x c x DT
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter
(J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom = Cbom x DT
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom
berlangsung pada volume tetap (DV = nol). Oleh karena itu,
perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana w = - P. DV
( jika DV = nol maka w = nol )
maka DE
= qv
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter
makanan.
Kalorimeter makanan adalah alat untuk
menentukan nilai kalor zat makanan karbohidrat,protein, atau lemak. Alat
ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm
dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya melengkung ke atas
membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan sebuah
sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung
kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung
kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga
terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa
spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus
tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah
lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung
kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3
buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang
lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabellistrik yang akan
dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping
asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung
sebuah kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik
di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan makanan dalam
cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat
pipa logam untuk mengalirkanoksigen.
2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor
reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan
kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor
reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi
netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter
ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan
kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi
= - (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga
kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan
sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu
larutan dalam kalorimeter.
qreaksi = - qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam
kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter
ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol )
sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Contoh kalorimeter sederhana adalah
kalorimeter larutan.
Kalorimeter larutan adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi
kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang
dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter.
Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor
reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan
ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam
menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = - (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q
reaksi = - (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter
diabaikan, maka
Qreaksi = - (m.c.∆T)
Keterangan
:
m = massa zat
(kg)
c = kalor jenis (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu (Celcius)
Sementara itu,
persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebutpersamaan
termokimia.
H2 (g) +
1/2 O2 (g) ——> H2O (l) ΔH = -286 kJ
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh
karena itu, entalpi sistem akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih
besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan
selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda
positif. Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga
entalpi sistem akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada
entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan entalpinya bertanda negatif.
Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0
II.7. Hukum Hess
Pengukuran
perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan langsung
dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan standar
( DHf o )CO.
Reaksi pembakaran
karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa disertai terbentuknya
gas CO2. Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi
dari reaksi tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja
tetapi juga perubahan entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.
Untuk mengatasi
hal tersebut, Henry Hess melakukan serangkaian
percobaan dan menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu
reaksi merupakan fungsi keadaan.
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi
hanya tergantung pada keadaan awal ( zat-zat pereaksi ) dan keadaan
akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak tergantung pada
jalannya reaksi.”Pernyataan ini disebut Hukum Hess, rumus
yang dapat dipakai yaitu ΔHreaksi = ΔH1 + ΔH2 +….
Menurut hukum
Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan
entalpi dari suatureaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah
yang digunakan untuk memperoleh produkberbeda. Dengan kata lain, hanya
keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan
langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini
menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat
diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi
aritmatika pada beberapapersamaan reaksi yang perubahan entalpinya
diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH). Berdasarkan Hukum Hess, penentuan DH dapat
dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1). Perubahan
entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari perubahan
entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi
dihitung berdasarkan selisih entalpi pembentukan (DHf o ) antara produk dan reaktan.
3). Perubahan
entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi ikatan.
Selain itu, dengan
menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui dengan
pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi
pembentukan reaktan. Secara matematis
.
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum
Kegunaan
Dengan mengetahui ΔHf (perubahan entalpi pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat
diramalkan perubahan entalpi reaksi apapun, dengan rumus
ΔH=ΔHfP-ΔH fR
Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan
dari perubahan entalpi pembakaran reaktan dan produk, dengan rumus
ΔH=-ΔHcP+ΔHcR
Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk
menghitung perubahan fungsi keadaan lainnya,
seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat
berguna karena besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara
langsung, sehingga perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu
cara menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
·
ΔSo = Σ(ΔSfoproduk) - Σ(ΔSforeaktan)
·
ΔS = Σ(ΔSoproduk) - Σ(ΔSoreaktan).
Untuk perubahan energi bebas:
·
ΔGo = Σ(ΔGfoproduk) - Σ(ΔGforeaktan)
·
ΔG = Σ(ΔGoproduk) - Σ(ΔGoreaktan).
II.8. Penentuan ΔH Reaksi
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi tidak
tergantung pada berapa banyak tahapan reaksi, tetapi tergantung pada keadaan
awal dan akhir. Dengan kata lain, untuk suatu reaksi keseluruhan tertentu,
perubahan entalpi selalu sama, tak peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara
langsung ataukah secara tak langsung dan lewat tahap-tahap yang berlainan.
Rumus yang dapat dipakai yaitu:
|
|
|
II.8.1. Penentuan ∆H Reaksi berdasarkan Eksperimen
(Kalorimeter)
Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris merupakan penentuan yang didasarkan atau diukur dari perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan prinsip perpindahan kalor, yaitu jumlah kalor yang diberikan sama dengan jumlah kalor yang diserap. Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter). Dengan demikian, semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi dalam kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter berdasarkan rumus:
q.larutan = m c ∆T
q.kalorimeter = C ∆T
q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam kalorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam kalorimeter
C = kapasitas kalor dari kalorimeter
∆T = kenaikan suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda :
qreaksi = -(qlarutan + qkalorimeter)
Kalorimeter yang sering digunakan adalah kalorimeter bom. Kalorimeter bom terdiri dari sebuah bom (wadah tempatberlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan stainless steel) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas. Jadi kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.
qreaksi = -qlarutan
II.8.2. Penentuan ∆H Reaksi dengan Hukum Hess
Hukum Hess : ” Kalor reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir”.
Untuk mengubah zat A menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi sebesar ∆H. Atau cara lain yaitu mengubah zat A menjadi zat B dengan kalor reaksi ∆H1, zat B diubah menjadi zat C dengan kalor reaksi ∆H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor reaksi ∆H3 . Sehingga harga perubahan entalpi adalah
∆Hreaksi = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 .
Hal tersebut dapat dibuat siklus dan diagram tingkat energinya sebagai
berikut :
Siklus energi pembentukan zat D dari zat A
Diagram tingkat energi pembentukan zat D dari zat A
Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ
Hukum Hess : ” Kalor reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir”.
Untuk mengubah zat A menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi sebesar ∆H. Atau cara lain yaitu mengubah zat A menjadi zat B dengan kalor reaksi ∆H1, zat B diubah menjadi zat C dengan kalor reaksi ∆H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor reaksi ∆H3 . Sehingga harga perubahan entalpi adalah
∆Hreaksi = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 .
Hal tersebut dapat dibuat siklus dan diagram tingkat energinya sebagai
berikut :
Siklus energi pembentukan zat D dari zat A
Diagram tingkat energi pembentukan zat D dari zat A
Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ
II.8.3. Penentuan ∆H Reaksi Berdasarkan Data Perubahan Entalpi
Pembentukan Standar ( ∆Hof )
Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi pembentukan standar( ∆Hof ) zat-zat yang ada pada reaksi tersebut.
∆Hreaksi = ∑∆Hof produk - ∑∆Hof reaktan
TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN BEBERAPA ZAT
Zat
|
DHof ( kJ/mol )
|
Zat
|
DHof ( kJ/mol )
|
H2(g)
|
0
|
C2H4(g)
|
+ 52,5
|
O2(g)
|
0
|
CCl4(g)
|
- 96,0
|
C(s)
|
0
|
NH3(g)
|
- 45,9
|
H2O(g)
|
- 241,8
|
NO2(g)
|
+ 33,2
|
H2O(l)
|
- 285,8
|
SO2(g)
|
- 296,8
|
CO2(g)
|
- 393,5
|
HCl(g)
|
- 92,3
|
CO(g)
|
-110,5
|
NO(g)
|
+ 90,3
|
Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. ∆H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4
a. Reaksi pembakaran C2H4
C2H4(g) + 3 O2(g)→2CO2(g) + 2H2O(l)
∆H reaksi = ∆Hof hasil reaksi - ∆Hof pereaksi
= ( 2. ∆Hof CO2 + 2. .∆Hof H2O ) – ( 1. ∆HofC2H4 + 3. ∆Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) – ( 1. 52,5 + 3. 0 )
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
∆H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar
2612,2 Kj
II.8.4. Penentuan ∆H Reaksi Dari Energi Ikatan
Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2 tahap yaitu :
I. Pemutusan ikatan pada pereaksi
II.Pembentukan ikatan pada produk
Misalnya, pada reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida dapat digambarkan sebagai berikut :
Sesuai dengan hukum Hess, ∆H reaksi total adalah ∆H
tahap-I + ∆H tahap-II.
∆H tahap-I = ∑ Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
∆H tahap-I = ∑ Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan
|
E (kJ/mol)
|
Ikatan
|
E (kJ/mol)
|
H-H
|
436
|
O=O
|
498
|
H-C
|
415
|
C≡N
|
891
|
H-N
|
390
|
F-F
|
160
|
C-C
|
345
|
Cl-Cl
|
243
|
C≡C
|
837
|
H-Cl
|
432
|
C-O
|
350
|
C=C
|
611
|
C=O
|
741
|
I-I
|
150
|
C-Cl
|
330
|
N=N
|
418
|
O-H
|
450
|
C-F
|
485
|
Penyelesaian :
........H
.........l
H – C – O-H +1 ½ O=O → O=C=O +2H-O-H
........l
.......H
∆H reaksi = ∑Epemutusan -∑Epembentukan
= { (3.Ec-H)+( 1.EO-H) +(1.EC-O)+ (1 ½ EO=O)} – {(2.EC=O)
+(4.EO-H)}
= {(3.415)+(1.460)+(1.350)+1 ½.498)}
–{(2.741)+(4.460)}
= 2802-3322
= -520 kJ/mol
II.9. Energi Ikatan
Energi ikatan
didefinisikan sebagai panas reaksi yang dihubungkan dengan pemecahan ikatan
kimia dari molekul gas menjadi bagian-bagian gas. Terkadang disebut juga
entalpi ikatan, nama yang sesungguhnya lebih tepat.
Energi disosiasi ikatan (B,E) dapat digunakan untuk
menghitung panas reaksi yang dihubungkan dengan
|
ΔH0= - ∑ ni BEi + ∑ njBEj
dimana BE adalah energi ikatan per mol ikatan, nj dan
ni adalah jumlah mol ikatan yang pecah atau terbentuk dalam hal reaktan dan
produk.
Dalam hal yang sama,
data panas reaksi dapat juga digunakan untuk menghitung energi disosiasi ikatan
dari setiap ikatan tertentu, asal saja data lain dalam persamaan diketahui.
Satu hal yang harus diingat bahwa lingkungan sekeliling atom sangat
mempengaruhi energy ikatan dari ikatan tertentu; oleh karena itu harga yang
diperoleh dari persamaan adalah harga rata-rata atau harga kira-kira.
Walaupun energi
ikatan adalah untuk molekul dalam fase gas, tetapi harga kira-kira panas reaksi
dapat dihitung dari fase terkondensasi dapat dikoreksi jika panas penguapan,
panas sublimasi dan lain-lain dapat diikutsertakan.
Suatu reaksi yang DH–nya ditentukan dengan menggunakan energi ikatan, maka
atom-atom yang terlibat dalam reaksi harus berwujud gas.
Berdasarkan jenis dan letak atom terhadap atom-atom
lain dalam molekulnya, dikenal 3 jenis energi ikatan yaitu :
a. Energi Atomisasi.
Adalah energi yang
diperlukan untuk memutuskan semua ikatan 1 mol molekul menjadi atom-atom bebas
dalam keadaan gas.
Energi atomisasi = jumlah seluruh ikatan atom-atom
dalam 1 mol senyawa.
b. Energi Disosiasi Ikatan.
Adalah energi yang
diperlukan untuk memutuskan salah 1 ikatan yang terdapat pada suatu molekul
atau senyawa dalam keadaan gas.
c. Energi Ikatan Rata-Rata.
Adalah energi
rerata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan atom-atom pada suatu senyawa (
notasinya = D ). Energi ikatan suatu molekul yang berwujud gas dapat ditentukan
dari data entalpi pembentukan standar (DHf ) dan energi ikat unsur-unsurnya.
Prosesnya melalui 2 tahap yaitu :
o Penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya.
o Pengubahan unsur menjadi atom gas.
Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari 2 proses :
o Pemutusan ikatan pada pereaksi.
o Pembentukan ikatan pada produk reaksi.
Pada proses pemutusan ikatan
= memerlukan
energi.
Pada proses pembentukan ikatan
= membebaskan energi
Secara umum
dirumuskan :
II.10. Jenis-Jenis Kalor
Setiap sistem atau
zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial berkaitan
dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena
atom–atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total
dari semua bentuk energi itu disebutentalpi (H). Sedangkan kalor
adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. Jika suatu
benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau
wujud benda berubah.
II.10.1. Kalor Pembentukan Standar
Adalah nama lain
dari entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol senyawa
dari unsur-unsurnya pada suhu dan tekanan standar ( 25 oC, 1 atm ). Entalpinya bisa dilepaskan maupundiserap.
Satuannya adalah kJ / mol. Bentuk standar dari suatu unsur
adalah bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada keadaan standar ( 298 K, 1
atm ). Jika perubahan entalpi pembentukan tidak diukur pada keadaan standar
maka dinotasikan dengan DHf.
Catatan :
o DHf unsur bebas = nol
o Dalam entalpi pembentukan, jumlah zat yang dihasilkan
adalah 1 mol.
o Dibentuk dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar.
II.10.2. Kalor Penguraian Standar
Adalah nama lain
dari entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsur
penyusunnya pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan DHd. Satuannya = kJ / mol. Perubahan
entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan
entalpi pembentukan standar, maka nilainya pun akan berlawanan tanda.
Menurut Marquis de
Laplace, “ jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan senyawa dari
unsur-unsur penyusunnya = jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa
tersebut menjadi unsur-unsur penyusunnya. “ Pernyataan ini disebut Hukum
Laplace.
II.10.3. Kalor Pembakaran Standar
Adalah nama lain
dari entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHc. Satuannya = kJ / mol.
II.10.4. Kalor Netralisasi Standar
Adalah nama lain
dari entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa
oleh asam pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol.
II.10.5. Kalor Penguapan Standar
Adalah nama lain
dari entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase
gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
II.10.6. Kalor Peleburan Standar
Adalah nama
lain dari entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase
padat menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak
dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya =
kJ / mol.
II.10.7. Kalor Sublimasi Standar
Adalah entalpi
yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase
gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
II.10.8. Kalor Pelarutan Standar
Adalah nama lain
dari entalpi yang terjadi ketika 1 mol zat melarut dalam suatu pelarut (
umumnya air ) pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada
keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsol. Satuannya = kJ / mol.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Singkatnya, materi pembelajaran pada termokimia ini merupakan materi dasar yang
wajib untuk dipelajari dan dipahami secara mendalam. Materi yang secara umum
mencakup termodinamika I, kalor reaksi, kerja, entalpi, kalorimeter, hukum
Hess, penentuan DH reaksi, energi ikatan, dan jenis-jenis kalor merupakan
materi-materi dasar dalam pelajaran kimia yang berguna untuk mempelajari materi
selanjutnya yang tentu saja lebih rumit. Dalam makalah ini materi duraikan
secara singkat agar para pembaca lebih mudah memahaminya.
III.2. Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca
dapat memahami materi termokimia ini dengan mudah. Saran dari penyusun agar
para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik,
kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai materi yang berhubungan agar
semakin menguasai materi.
No comments:
Post a Comment